Orang-orang kadang memiliki gagasan bahwa kebahagiaan dan
kenikmatan diperoleh hanya dengan mengikuti ketololan dunia. Apa yang
orang-orang di dunia ini bilang sebagai kebahagiaan, orang-orang yang
tercerahkan bilang itu derita. Apa yang para tercerahkan bilang sebagai
kebahagiaan, dunia katakan sebagai derita.
Apa sih, kebahagiaan menurut orang-orang di dunia itu ? Jika
anda membaca majalah atau koran, anda bisa melihat bahwa kebahagiaan menurut
orang-orang di dunia adalah film baru, menjalin hubungan baru, pergi
kesana-sini, punya anak dan seterusnya. Mereka bilang anda belum lengkap
hidupnya jika belum pernah pergi sampai
ke Amazon ! – atau apapun yang mereka bilang sebagai kebahagiaan di dunia ini.
Saya telah menjelajahi banyak tempat dan mengalami banyak
peristiwa dalam hidup saya, dan entah bagaimana mereka semua terlihat kosong
dan tak bermakna. Saya tidak bisa membayangkan mengapa orang masih berlari
mengejar-ngejar hal-hal itu, mengapa mereka belum melihat duka dan derita perjalanan
hubungan intim dan relasi.
Ada kiasan mengenai kuda. Ada kuda yang bijak, kuda yang
cerdas, kuda yang gegabah, kuda yang bodoh, dan kuda yang amat sangat dungu,
serta pelatih mereka yang memakai cambuk.
Kuda bijak bahkan tidak perlu sampai melihat cambuk. Begitu pelatih memintanya melakukan sesuatu, kuda itu akan langsung melakukannya. Kuda itu tahu bahwa melakukan instruksi pelatih merupakan hal yang paling menguntungkan baginya. Itulah jalan menuju kebahagiaan.
Untuk kuda yang cerdas, terkadang pelatih harus mengambil
cambuk dan membiarkan bayangan cambuk menimpa kuda itu. Bayangannya saja sudah
cukup membuat kuda yang cerdas itu berpikir, “Aku sebaiknya melakukan hal yang
benar atau aku akan sakit.”
Kuda berikutnya, karena gegabah, harus disentuh ringan
dengan cambuk. Tapi hanya sedikit duka, dan sudah cukup bagi kuda itu untuk
tahu apa yang menguntungkan baginya, apa itu jalan menuju kebahagiaan.
Kuda berikutnya dungu dan pelatihnya harus mencambuknya
sekali. “Aw!” Begitu terasa sakit satu kali, itu sudah cukup; kuda itu tahu
kemana harus pergi.
Tentu saja, kuda yang amat sangat bodoh harus dipecut
berulang kali. “Aw! Aw! Aw!” dan masih saja kuda itu melakukan kebodohan yang
sama ! Ia terus melakukannya ! “Aw! Aw! Aw!” Kuda yang amat sangat bodoh ini
bertanya-tanya apa yang terjadi, mengapa ia menderita, namun ia tetap saja
tidak tahu. Sungguh menakjubkan bagaimana banyak orang di dunia ini termasuk
dalam jenis yang terakhir ini.
Tidakkah anda sudah cukup menderita ? Mengapa anda masih
melakukan kebodohan ? Sesungguhnya mudah sekali menjadi bahagia itu. Cukup
berhenti melakukan apapun, jadilah damai dan melawan arus dunia. Terkadang,
hanya kebiasaanlah yang menghalangi kita untuk menjadi benar-benar bahagia.
Kuda yang bodohpun begitu kukuh dalam cara-caranya, terutama
caranya berpikir, sehingga ia sulit berubah. Kuda itu pikir bahwa kali
berikutnya, cambuk itu tidak akan mengenainya, atau ia akan bisa meloloskan
diri. Ia pikir kali berikutnya ia bisa mengelabui si pelatih, akan tetapi tentu
saja, “Aw! Aw! Aw!” Duka terjadi lagi.
Disadur dari Buku “Si
Cacing dan kotoran kesayangannya 3!” oleh Ajahm Brahm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar