[Toko Makmur Sentosa] | [tutup]
PASAR HOLISTIK: Kuda Bijak dan Kuda Dungu

Senin, 10 Desember 2012

Kuda Bijak dan Kuda Dungu


Orang-orang kadang memiliki gagasan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan diperoleh hanya dengan mengikuti ketololan dunia. Apa yang orang-orang di dunia ini bilang sebagai kebahagiaan, orang-orang yang tercerahkan bilang itu derita. Apa yang para tercerahkan bilang sebagai kebahagiaan, dunia katakan sebagai derita.
Apa sih, kebahagiaan menurut orang-orang di dunia itu ? Jika anda membaca majalah atau koran, anda bisa melihat bahwa kebahagiaan menurut orang-orang di dunia adalah film baru, menjalin hubungan baru, pergi kesana-sini, punya anak dan seterusnya. Mereka bilang anda belum lengkap hidupnya jika belum pernah pergi  sampai ke Amazon ! – atau apapun yang mereka bilang sebagai kebahagiaan di dunia ini.
Saya telah menjelajahi banyak tempat dan mengalami banyak peristiwa dalam hidup saya, dan entah bagaimana mereka semua terlihat kosong dan tak bermakna. Saya tidak bisa membayangkan mengapa orang masih berlari mengejar-ngejar hal-hal itu, mengapa mereka belum melihat duka dan derita perjalanan hubungan intim dan relasi.
Ada kiasan mengenai kuda. Ada kuda yang bijak, kuda yang cerdas, kuda yang gegabah, kuda yang bodoh, dan kuda yang amat sangat dungu, serta pelatih mereka yang memakai cambuk.

Kuda bijak bahkan tidak perlu sampai melihat cambuk. Begitu pelatih memintanya melakukan sesuatu, kuda itu akan langsung melakukannya. Kuda itu tahu bahwa melakukan instruksi pelatih merupakan hal yang paling menguntungkan baginya. Itulah jalan menuju kebahagiaan.
Untuk kuda yang cerdas, terkadang pelatih harus mengambil cambuk dan membiarkan bayangan cambuk menimpa kuda itu. Bayangannya saja sudah cukup membuat kuda yang cerdas itu berpikir, “Aku sebaiknya melakukan hal yang benar atau aku akan sakit.”
Kuda berikutnya, karena gegabah, harus disentuh ringan dengan cambuk. Tapi hanya sedikit duka, dan sudah cukup bagi kuda itu untuk tahu apa yang menguntungkan baginya, apa itu jalan menuju kebahagiaan.
Kuda berikutnya dungu dan pelatihnya harus mencambuknya sekali. “Aw!” Begitu terasa sakit satu kali, itu sudah cukup; kuda itu tahu kemana harus pergi.
Tentu saja, kuda yang amat sangat bodoh harus dipecut berulang kali. “Aw! Aw! Aw!” dan masih saja kuda itu melakukan kebodohan yang sama ! Ia terus melakukannya ! “Aw! Aw! Aw!” Kuda yang amat sangat bodoh ini bertanya-tanya apa yang terjadi, mengapa ia menderita, namun ia tetap saja tidak tahu. Sungguh menakjubkan bagaimana banyak orang di dunia ini termasuk dalam jenis yang terakhir ini.
Tidakkah anda sudah cukup menderita ? Mengapa anda masih melakukan kebodohan ? Sesungguhnya mudah sekali menjadi bahagia itu. Cukup berhenti melakukan apapun, jadilah damai dan melawan arus dunia. Terkadang, hanya kebiasaanlah yang menghalangi kita untuk menjadi benar-benar bahagia.
Kuda yang bodohpun begitu kukuh dalam cara-caranya, terutama caranya berpikir, sehingga ia sulit berubah. Kuda itu pikir bahwa kali berikutnya, cambuk itu tidak akan mengenainya, atau ia akan bisa meloloskan diri. Ia pikir kali berikutnya ia bisa mengelabui si pelatih, akan tetapi tentu saja, “Aw! Aw! Aw!” Duka terjadi lagi.

Disadur dari Buku “Si Cacing dan kotoran kesayangannya 3!” oleh Ajahm Brahm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar