Alkisah, ada seorang petani yang sangat miskin di India,
yang memiliki lembu bernama Nandiwisala. Petani itu bekerja sangat keras untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya, namun kadang hujan tak turun, ada juga masa
ketika benihnya tidak bagus, dan lebih sering lagi ketika ia mendapat panen
yang baik, pedagang di desa setempat memerasnya. Para pedagang di desa pada
zaman itu hanya mencari keuntungan sendiri dan mengeksploitasi orang-orang
seperti petani miskin ini.
Setelah melalui tahun-tahun yang sangat sulit, petani itu
sangat tertekan. Rasanya begitu sulit harus membanting tulang untuk menyokong
keluarganya. Ia duduk di bawah pohon, murung, ketika ia merasakan ada hidung
lembab mengenai wajahnya. Ternyata itu lembunya. Lembu itu berkata, “Tuan, aku
bisa membantu Tuan.” “Apa?! Kamu bisa bicara?”
Pada masa itu, lembu bisa bicara, persis seperti di film
Walt Disney. Lembu itu berkata, “Ya, Tuan, aku bisa bicara. Aku sudah
memperhatikan Tuan sejak lama, menarik bajak buat Tuan, dan akupun lelah. Aku
tak mau menghabiskan hidup menarik bajak. Aku ingin pensiun juga, dan aku punya
rencana.”
Lalu lembu itu melanjutkan, “Rencananya begini : aku ini
lembu yang sangat kuat. Pergilah kepada pedagang yang selalu memeras Tuan
selama bertahun-tahun ini, bertaruhlah 10.000 dolar bahwa lembu Tuan – yaitu
aku – mampu menarik 100 kereta yang diikat bersama dan dimuati batu.”
Lembu itu berkata, “Aku tahu kemampuanku ! Pergilah dan
pertaruhkan 10.000 dolar !”
“Tapi aku tak punya 10.000 dolar,” ujar petani.
“Tuan tidak perlu 10.000 dolar, Tuan pasti menang !”
tegas nandiwisala.
Maka petani itu menemui pedagang, “Aku bertaruh 10.000
dolar bahwa lembuku mampu menarik 100 kereta yang diikat bersama, sarat dimuati
batu.”
Pedagang berkata,”Auw, jangan konyol ! Mana ada lembu
yang bisa begitu ?”
“Lembuku bisa ! 10.000 dolar !” tantang petani.
Pedagang itu berpikir, “Petani ini begitu tolol, ini
sasaran empuk. Aku tahu ia tak punya 10.000 dolar, tapi aku bisa menyita tanahnya,
dan ini lumayan berharga.” Maka ia berkata,”Oke. Setuju!”
Karena mereka membutuhkan 100 kereta, mereka harus
meminjam kereta dari setiap orang di desa, sehingga setiap orang keluar dan
menyaksikan apakah lembu ini mampu begitu kuat menarik 100 kereta penuh dengan
batu.
Ketika mereka telah mengikat seluruh kereta itu bersama
dan memuatinya dengan batu, mereka mengikatkan lembu besar itu ke kereta paling
depan. Lalu petani itu mendekati lembunya dan berkata, “Ayo! Tarik kereta itu!”
Namun lembu itu tak bergerak. “Ayo, kamu lembu bodoh!
Tarik!” Lmbu itu bergeming. Petani mengambil tongkat dan memukul lembu itu,
“Ayo, tarik! Jika tidak, aku akan kehilangan segalanya!”
Lembu itu tak bisa melakukannya. Semua orng mulai
mentertawakannya. Petani itu mulai menangis. Tak ada lembu yang mampu menarik
kereta sebegitu berat. Petani itu merasa hatinya hancur, segalanya hancur, ia
kehilangan segalanya. Ia duduk di bawah pohon dan menangis.
Beberapa menit kemudian, ia merasakan hidung lembab
menempel di wajahnya. “Mengapa Tuan menangis?” tanya nandiwisala.
“karena kamu! Kmu bilang kamu mampu menarik 100 kereta
dan ternyata tidak bisa!”
“Oh, aku bisa.”
“Tidak, kamu tidak bisa!”
“Aku bisa!”
“Kalau begitu mengapa kamu tidak menariknya? “
“Karena Tuan membentakku. Tuan bilang aku bodoh, dan Tuan
memukulku. Bukan begitu caranya memperlakukan seorang teman,” kata lembu itu.
“Tak usah disesali, aku punya rencana, Kembalilah ke
pedagang itu dan kali ini pertaruhkan 20.000 dolar bahwa aku, Nadiwisala, mampu
menarik kereta itu. Namun, kali ini perlakukan aku dengan lembut.”
Petani itu cukup cerdas untuk memahami pesan lembunya.
Maka ia kembali ke pedagang itu dan berkata, “Aku bertaruh 20.000 dolar!” Lalu
pedagang itu berpikir, “petani ini sangat tolol,” dan menjawab, “Oke. Keretanya
masih disana, mari taruhan 20.000 dolar.”
Mereka mengikat lembu itu ke kereta pertama dan semua
orang menonton petani bodoh ini.
Lalu, kali ini petani berkata, “Lembu sayang, lembu baik,
jika tidak terlalu merepotkan bagimu, bisakah kamu menarik kereta-kereta ini
sedikit saja? Tapi jika ini terlalu merepotkan, tidak usah pedulikan.”
Kemudian lembu itu mengerahkan segenap ototnya, sampai
matanya melotot keluar, ia bejuang keras, menarik dan menarik ! Anda tahu apa
yang terjadi ?
Tidak bergerak ! Terlalu berat ! Tak ada lembu yang mampu
menarik begitu banyak kereta.
Petani itu mengatakan, “Oh… jangan khawatir. Sudahlah,
hentikan saja…”
Namun lembu itu malah berjuang makin keras. Ia menarik
dan menghela sedemikian rupa hingga peluhnya bercucuran. Anda tahu apa yang
terjadi ?
Tidak bergerak sama sekali ! Petani berkata, “Hentikan!
Kamu bisa terbunuh ! Tak peduli kita miskin atau melarat, kita masih saling
memiliki dan mengasihi. Sudah… biarkan saja, jangan berusaha lagi. Aku tak mau
kamu terluka !”
Dan.. karena begitu besar kasih sang petani, lembu itu
mengerahkan setiap otot dan tenaganya, bukan hanya di tubuhnya, namun juga dari
hatinya. Ia menarik sedemikian rupa sampai tak ada lembu lain yang pernah
menarik sekeras itu, karena cinta tuannya kepadanya. Anda tahu apa yang terjadi
?
Poros roda kereta pertama bergerak, lalu ketika gesekan
semakin berkurang, kereta lainnya mulai tertarik dan bergerak. Dalam waktu
singkat, kereta terakhir ditarik sampai ke tempat kereta terdepan pertama kali berada.
Petani itu memenangkan 10.000 dolar, yang cukup untuk pensiun dan hidup bahagia
bersama lembu kesayangannya.
Seperti itulah kekuatan cinta.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Disadur
dari buku “Si cacing dan kotoran kesayangannya 3!” oleh : Ajahn Brahm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar