Hari ini saya beserta ibu, bibi
dan kakak berkunjung ke panti jompo Pelkris yang ada di jalan Dr. Cipto
Semarang, untuk menjenguk saudara ibu yang sedang di rawat disana, karena usia
tua juga karena sakit. Rumah panti jompo itu, walaupun bangunan kuno, tapi
sangat terawat dan bersih, terlihat dari kondisi bangunannya yang masih kokoh.
Cukup besar pula rumah panti jompo itu, dan menampung sekitar 40 orang tua yang
dititipkan disana.
Terlihat wajah-wajah tua yang
memandang setiap orang yang datang, pada saat itu kebetulan hanya kami yang
datang, jadi merekapun hanya melihat kami, ada yang sedang duduk-duduk saja,
ada yang sedang mengobrol dengan sesama penghuni atau perawat, ada juga yang
hanya tidur-tiduran saja.
Saudara ibu saya, yang dititipkan
di rumah panti jompo itu, hanya bisa terbaring di ranjang, karena sakit
penyakit yang dideritanya, juga karena usia tua, tetapi terlihat sehat dan
terawat, karena para perawatnya merawatnya dengan baik.
Saudara ibu saya itu, entah karena penyakitnya atau karena faktor usia, saat ditengok, hanya bisa melihat saja, tidak bisa bicara dan sepertinya sudah tidak mengenali siapa-siapa yang datang, sungguh kasihan melihatnya.
Tiba-tiba terlintas dalam
pikiran, betapa hidup ini memang tidak kekal adanya, saat masih muda mungkin
tidak akan pernah terpikirkan oleh kita jika suatu saat nanti di masa depan
akan menjadi seperti itu, saat muda kita mungkin hanya menikmati hidup,
mengejar ambisi, mengumpulkan harta benda, mengurus keluarga. Tetapi saat usia
semakin bertambah, sakit penyakitpun mulai berdatangan, entah karena pola hidup
yang kurang sehat, atau karena faktor-faktor lainnya, dan tiba-tiba saja kita
sudah menjadi tua dan menderita penyakit, dan kemudian terus memikirkan sakit
penyakitnya, sehingga bertambah penyakitnya, yaitu penyakit pikiran, stres
bahkan depresi, yang pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisik
kita.
Begitulah kehidupan manusia,
terus berputar, dari lahir, menjadi anak-anak, remaja, dewasa, berkeluarga,
punya keturunan, menjadi tua, sakit dan akhirnya mau tidak mau akan menghadapi
kematian. Itulah resiko kehidupan yang harus kita hadapi, jika sudah berani
terlahir dan hidup, maka pasti suatu saat nanti akan menghadapi kematian.
Apakah dengan kenyataan ini, kita
menjadi pesimis dan pasrah saja ? Tentu saja tidak, karena kita semua pasti
punya tujuan hidup, entah apa itu (tentunya tujuannya yang baik dan bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain), saat kita menghadapi kejenuhan dan kebosanan
dalam hidup, fokuslah pada tujuan hidup kita, dan jika mungkin menurut kita
tujuan hidup ini sudah tercapai, kita bisa saja membuat tujuan hidup yang baru,
agar kita selalu termotivasi untuk menjalani kehidupan ini dengan baik, sampai
saatnya nanti Tuhan memanggil kita kembali.
Dan sebagai anak-anak, yang masih
mempunyai orang tua, mulailah untuk berbakti kepadanya, karena tanpa mereka
kita tidak akan terlahir ke dunia ini dan bisa menikmati kehidupan sekarang
ini. Sadarilah betapa besar jasa yang telah orang tua kita lakukan untuk kita,
rawatlah mereka saat mereka telah menjadi tua dengan penuh kasih, karena hanya
dengan itulah kita bisa membalas budi besar orang tua kita. Dengarkanlah apa
yang mereka katakan, apalagi saat mereka sudah semakin tua, biasanya mereka
butuh anak-anaknya atau seseorang untuk diajak berbincang-bincang, agar tidak
kesepian dan pikirannya memikirkan yang tidak-tidak. Ada semacam syair atau
puisi atau kumpulan kalimat yang bisa menyatakan perasaan orang tua kepada
anaknya saat mereka sudah tua, silahkan klik disini untuk membacanya.
Semoga semua makhluk berbahagia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar