Ada dua orang yang sama-sama pergi ke tempat ibadah. Yang
pertama, si A, ia pergi ke tempat ibadah dengan penuh kritikan, ketika
kebaktian dimulai ia mendengar beberapa kata-kata doa yang salah yang diucapkan
pemimpin kebaktian. Ketika acara paduan suara dimulai, ia merasa ada beberapa
orang yang salah nada dan mengganggu keharmonisan paduan suara itu. Si A
berpikir, “Seharusnya orang-orang semacam itu, tahu diri dan jangan ikut paduan
suara.”
Ketika saat memberikan dana atau persembahan untuk tempat
ibadahnya, si A mengeluh, kenapa harus tiap minggu memberikan dana terus ? Dan
ketika ia hanya memberi dana persembahan Rp. 1.000, ia merasa orang-orang
disebelah seperti menyindirnya.
Saat pemimpin kebaktian berceramah, ia menghitung, bahwa ada
10 kali si penceramah salah ucap dalam ceramahnya. Si A pun pulang dengan
seribu satu macam omelan, ia berkata pada istrinya, “Cukup sampai disini saja,
lain kali aku tidak mau ke tempat ibadah lagi, yang penuh dengan orang munafik seperti
itu.”
Orang yang kedua, sebut saja si B, yang juga mengikuti kebaktian yang sama dengan si A. Ketika mulai pembacaan doa-doa, ia begitu khusyuk mengikutinya tanpa mempedulikan salah ucap si pemimpin kebaktian. Demikian pula saat paduan suara, si B merasakan persembahan yang sangat bagus dan penuh sukacita, kalau ada sedikit kesalahan nada, ia mengganggap itu hal yang biasa, bukankah tidak ada orang yang sempurna di dunia ini ? Demikian juga saat persembahan dana, ia dengan suka cita memberikan dana Rp. 20.000, karena ia merasa bahagia bisa berpartisipasi dalam menyokong
Ketika pulang, si B berkata pada istrinya, “Alangkah
indahnya kebaktian tadi, ya bu ?” Rasanya masih ingin tinggal di tempat ibadah,
tapi tahu-tahu kebaktian sudah usai. Minggu depan kita kesini lagi, ya ?”
Kedua orang itu, mendapatkan apa yang mereka cari. Si A yang
selalu mencari-cari kesalahan orang lain, tidak menemukan Tuhan, hanya ada
kekesalan dan kebencian dalam hati. Sedangkan si B, yang selalu penuh dengan
kasih dan kedamaian dalam hati, menemukan Tuhan di tempat ibadah itu, sehingga
hatinya penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Sekarang, anda akan pilih
yang mana, menjadi si A atau si B ?
Semoga bermanfaat dan mencerahkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar