Ada
beragam jenis cinta, dan semuanya ini diungkapkan secara berbeda dalam wujud
cinta keibuan, cinta persaudaraan, cinta indrawi, cinta emosi, cinta seksual,
cinta egois, cinta tidak egois, serta cinta universal.
Jika
orang hanya mengembangkan cinta birahi dan cinta egois terhadap orang lain,
cinta seperti itu tak bakal langgeng. Dalam hubungan cinta sejati, jangan kita
bertanya seberapa banyak yang bisa kita dapatkan, namun seberapa banyak yang
bisa kita berikan.
Tatkala
keayuan, kecantikan kulit, dan keremajaan mulai memudar, suami yang hanya
memperhatikan aspek-aspek fisik dari cinta barangkali akan berpikiran mencari
wanita yang lebih muda. Cinta seperti itu adalah cinta hewani atau nafsu
birahi. Jika seorang lelaki sungguh-sungguh menumbuhkan cinta sebagai ungkapan
perhatiaan dari seorang manusia kepada manusia lainnya, ia tidak akan hanya
menekankan kecantikan luar dan daya pikat fisik dari pasangannya. Kecantikan
dan daya pikat pasangan seharusnya terletak dalam hati dan batin pasangannya,
bukan pada apa yang ia lihat. Demikian pula, istri yang menjalani ajaran
agamanya tidak bakal mengabaikan suaminya kendatipun suaminya telah tua,
miskin, atau sakit.
“Saya merasa khawatir
melihat gadis masa kini senang menjadi Juliet, senang memiliki selusin Romeo.
Mereka menyenangi petualangan …. Gadis masa kini berbusana bukan untuk
melindungi dirinya dari angin, hujan, dan terik matahari, namun untuk mencari
perhatiaan. Ia menyemarakkan alam dengan mempersolek diri dan tampil luar
biasa.” –GANDHI—
Dari buku “A Happy Married Life” oleh Y.M. Dr. K. Sri
Dhammananda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar